Senin, 29 Oktober 2007

ADA SEBABNYA BANYAK PENGEMIS DI SAN FRANCISCO

Jangan dulu buang muka dan tidak perduli dengan nasib mereka.


Jujur saja, sebagai turis, apakah satu hal yang paling menyebalkan saat anda berkunjung ke San Francisco? Pasti jawabannya adalah banyaknya peminta-minta dan gelandangan di jalanan. Betul tidak?

Memang, banyak sekali pengemis dan orang-orang yang tidak punya rumah disini. Bulan Maret yang lalu, San Francisco Human Service Agency (organisasi pemerintah) mengeluarkan laporan dwi-tahunan yang mengatakan sedikitnya ada 6.377 gelandangan di kota San Francisco. Naik beberapa persen dari tahun-tahun sebelumnya.

Ternyata bukan hanya di Jakarta saja. Mungkin anda mengira Amerika adalah negara yang kaya dan makmur. Tetapi sebenarnya keadaan disini hampir sama dengan Indonesia. Ada yang kaya dan juga ada yang meminta-minta.

Hari ini cerah sekali di jalan Mission. Apartemen yang saya tinggali memang terletak di daerah yang paling cerah dan hangat di San Francisco, yaitu daerah Mission. Percaya lah...disetiap gang disini, sedikitnya pasti ada 2 pengemis dan gelandangan. Daerah Mission bisa dikatakan Latino town, artinya sangat banyak imigran berdarah Latin yang hidup dan membuka usaha disini. Di jalan Mission para gelandangan dan peminta-minta berasal dari bermacam-macam suku dan warna kulit.

Di siang yang cerah ini, saya nogkrong minum kopi di satu kafe sambil duduk berjemur di pinggir jalan. Saya sangat asik membaca buku sewaktu didatangi oleh seorang laki-laki berkulit hitam. Dia membawa koper kecil. Matanya sayu, dan dia bicara sangat ramah. " Nona, maaf.Nama saya Billy. Saya tidak bermaksud menggangu. Saya buruh kontrakan. Tapi hari ini saya tidak ada order, hari ini saya tidak ada kerja. Karena itu saya tidak punya uang untuk makan. Saya boleh minta uang berapa saja?”. “Saya bisa menyanyi, bergendang, atau menari untuk hiburan anda." Si Billy mulai menyanyi lagu yang saya tidak kenal. Lalu saya berkata ke Billy "sudahlah Billy, saya tidak usah dihibur". Saya memberi uang kecil yang ada di kantong dan mulai berbincang-bincang dengan Billy. Saya sendiri sebenarnya tidak mempunyai uang banyak. Tapi setidaknya saya punya tempat tidur dan apartemen. Sedangkan Billy harus tinggal di jalanan, dan kadang di proyek-proyek tempat dia bekerja. Saya tanya dengan Billy apa isi kopernya. Dia bilang surat tanda lahir, baju, dan sepatu. Cuma itulah yang ia miliki di dunia ini.

Billy bukan satu-satunya pengemis yang pernah saya jumpai. Dan terus terang, saya selalu memberi uang seadanya kepada mereka. Saya kurang setuju dengan orang-orang yang mengatakan "pengemis jadi pengemis karena mereka malas". Saya rasa orang yang berpikir seperti ini kurang mengerti masalah sosial Amerika yang sangat rumit.

San Francisco adalah kota kedua yang paling mahal biaya hidupnya se-Amerika. Padahal beberapa puluh tahun yang lalu tidak begitu keadaannya. Tetapi karena “dot-com boom" atau meledaknya industri internet di Kalifornia, banyak pekerja-pekerja internet dari seluruh penjuru dunia dan Amerika pindah kesini. Google, You Tube,Yahoo, E-bay, My Space, semua korporasi-korporasi besar ini berpusat di daerah San Francisco dan sekitarnya.

Karena itu harga rumah, tanah, sewa apartemen, bahan-bahan makanan pun menjadi sangat mahal. Banyak pemilik rumah dan apartemen mengusir para penyewa untuk membangun condominium mewah dengan harga 10 kali lipat. Condo-condo ini bisa disewakan menjadi kantor atau apartemen berkelas tinggi. Orang-orang kaya dari segala penjuru Amerika pun berdatangan, karena ingin menanam modal.

Bagaimana nasibnya orang-orang yang di usir dari tempat tinggal mereka? Kebanyakan tidak mampu menyewa condominium dan harus bersaing mencari kerja dengan pendatang-pendatang baru. Banyak yang pindah keluar kota, pindah ke daerah yang lebih murah seperti Oakland. Kebanyakan masyarakat yang pindah juga adalah suku minoritas dan people of color ( arti: orang-orang yang tidak berkulit putih).

Bagaimana rasa anda di usir dari kota dimana anda di besarkan dan dilahirkan? karena anda tidak mampu membayar sewa rumah yang sangat mahal? Menyewa saja tidak mampu, membeli rumah atau apartemen menjadi mimpi yang muluk. Sebagian mereka yang tidak mampu membeli rumah atau menyewa rumah menjadi peminta-minta, atau hidup di jalanan.

Sekitar tiga puluh tahun yang lalu, pemerintah Amerika juga memotong dana negara untuk rumah-rumah sakit jiwa di Amerika. Sehingga banyak sekali rumah-rumah sakit di San Francisco terpaksa tutup, dan pasien mereka lepas bebas di jalanan. Banyak keluarga yang tidak mau tahu lagi dengan nasib pasien-pasien ini, sehingga mereka menjadi peminta-minta dan hidup di jalanan.

Ada juga peminta-minta yang dulunya bekas tentara Amerika dan pernah di tugaskan di Filipin, Vietnam, dan Korea. Mereka betugas untuk negara, tetapi setelah tugas mereka selesai, mereka tidak diberi uang dan asuransi yang cukup untuk hidup di kota-kota yang mahal ini.

Teman saya pernah bertemu dengan seorang peminta-minta. Dia adalah penderita kanker. Ibu ini dulunya punya pekerjaan dan punya rumah. Tapi tidak punya suami dan anak. Ketika ia jatuh sakit, ia harus sering-sering ke rumah sakit. Sehingga ia dipecat dari pekerjaannya karena tidak pernah datang kekantor. Si ibu harus menjual rumahnya untuk biaya pengobatan kanker. Tapi ia tak kunjung sembuh. Ibu inipun tidak punya asuransi, sehingga tidak ada lagi pemasukan uang yang bisa mengobatinya. Sekarang ibu ini hidup di jalanan di San Francisco,tidak punya rumah dan masih sakit.

Semua contoh-contoh diatas hanya sebagian dari penjelasan mengapa banyak pengemis di San Francisco. Kebanyakan dari mereka bukan pemalas. Jangan buang muka anda, dan jangan abaikan hak-hak mereka.

San Francisco memang kota yang unik. Sampai sekarang banyak sekali peminta-minta yang datang dari kota-kota lain di Amerika, karena disini setidaknya jawatan sosial untuk orang-orang jalanan lebih terjamin. Sampai beberapa tahun yang lalu mereka diberi uang bulanan oleh pemerintah San Francisco. Tetapi karena jumlah pemakai obat-obatan dan pemabuk semakin bertambah diantara para pengemis dan gelandangan , maka walikota San Francisco menghentikan tunjangan uang dan menggantinya dengan bantuan-bantuan makanan, kesehatan, dan perumahan.

Jumlah pekerja sosial di San Francisco setiap tahunnya juga bertambah. Kota ini mengeluarkan sekitar USD 200 Juta pertahun untuk menangani masalah “homeless” atau gelandangan. Pekerja sosial pun bukan hanya pegawai negara, tetapi juga penduduk lokal yang merasa terpanggil untuk membantu mereka yang tidak punya.

Pernah menonton The Pursuit of Happyness? Film yang dibintangi oleh Will Smith yang berdasarkan oleh cerita hidup sebenarnya? Film ini berkisah tentang seorang ayah dan anak yang kehilangan rumah dan tidak mempunyai pekerjaan dan harus makan dan tidur di gereja selama berbulan-bulan. Sang ayah berusaha mati-matian untuk mencari pekerjaan. Pada akhirnya sang ayah menjadi sukses. Jika anda menonton film ini mungkin anda bisa mengenal betapa susahnya hidup dijalanan di salah satu kota yang paling mahal di Amerika. Bukan hanya kemalasan penyebab seseorang jatuh miskin, setidaknya anda bisa mengerti hal ini.

San Francisco mempunyai cukup banyak fasilitas gratis yang bisa mengurangi beban mereka yang tak berada. Klinik-klinik gratis tersedia dan ditujukan untuk mereka yang tidak punya asuransi kesehatan. Jika anda tidak mempunyai pekerjaan, sangat mahal biaya kesehatan di negara ini. Ada juga organisasi-organisasi yang membantu peminta-minta yang menjadi pecandu heroin dan methadone untuk berhenti memakainya. Klinik hukum gratis pun dibentuk oleh pengacara-pengacara yang perduli akan hak-hak para pengemis ini. Siapa saja boleh datang untuk meminta bantuan dan nasihat hukum.

Walikota San Francisco dan pemerintah daerah membuat program yang disebut “Housing First”. Ini adalah usaha untuk menyediakan hotel-hotel sederhana agar bisa ditempati mereka yang tinggal dijalanan. Memang belum benar-benar tuntas masalah tempat tinggal ini. Tapi pemerintah dan masyarakat San Francisco yang perduli tidak ragu-ragu mengeluarkan banyak uang dan tenaga untuk membantu menurunkan jumlah peminta-minta di jalanan.

Jadi kalau anda berkunjung ke San Francisco. Jangan terlalu heran dengan kenyataan ini. Keadaan sosial di Amerika memang rumit dan masih banyak masalah yang harus di tuntaskan. Tapi yang pasti masyarakat dan pemerintah terlihat bergandengan tangan membantu para fakir miskin dan orang-orang yang tak berumah. Mungkin ini bisa kita pelajari juga di Indonesia.

Dibawah ini adalah beberapa jalur yang anda bisa hubungi di SF untuk membantu teman-teman kita yang hidup dijalanan itu:

Tidak ada komentar: