Selasa, 04 Desember 2007

mailing list all about warnet site

Persiapan Pendirian Sebuah Warnet (1)
Oleh Ikhlasul Amal, tanggal 23 Maret 2006 5.35 | Tautan permanen | Komentar (20) | Lacakbalik (0)

Selain disampaikan lewat komentar di beberapa artikel di blog ini, beberapa pertanyaan tentang cara menyiapkan sebuah Warnet sampai di kotak surat elektronik saya. Perlu saya tegaskan di sini bahwa saya bukan pengusaha Warnet, belum pernah bekerja di/untuk Warnet, dan tulisan saya tentang Warnet lebih berdasarkan pada kabar yang saya terima dari media massa atau mailing list. Tambahan lainnya: jika sedang di luar kantor dan ada waktu luang, saya kerap menyempatkan mengunjungi Warnet terdekat. Ongkos yang saya keluarkan untuk akses Internet lewat Warnet terasa lebih bermanfaat dibanding dibelanjakan untuk “hiburan” lain. Alhasil, pada saat menjenguk ibu dan kerabat di sebuah kecamatan di Jember, Jawa Timur, saya perlukan mendatangi ibukota kabupaten untuk mencari Warnet karena belum ada investor yang mendirikan Warnet di kampung kami.

Apa saja yang perlu disiapkan untuk mendirikan sebuah Warnet? Untuk sampai benar-benar layak dan siap beroperasi, tentu perlu konsultasi serius dengan mereka yang berpengalaman (atau, barangkali sudah ada profesi “konsultan Warnet”?). Di tulisan ini hanya beberapa pertimbangan yang saya amati di lapangan dan dengar dari salah satu teman pengelola Warnet.
Pemilihan lokasi

Sebagian pihak menyebut bahwa berlokasi dekat dengan kegiatan mahasiswa menguntungkan bagi Warnet. Contoh: di Simpang Dago, Bandung, yang tidak jauh dari kampus ITB, ada sebuah Warnet besar yang juga punya cabang di Jatinangor, lingkungan kampus ramai di daerah Bandung Timur. Begitu pula di seputar Jalan Tamansari, Bandung, yang dekat dengan kampus Unisba dan Unpas. Demikian halnya Warnet yang konon terbesar di Kota Jember berada di daerah Tegalboto, kawasan kampus Universitas Negeri Jember.

Kendati demikian, pengakuan berbeda dari teman yang saya sebut sebagai pengelola Warnet di atas: lokasi Warnetnya justru bukan di lingkungan mahasiswa namun salah satu keuntungan menurutnya, “Tidak ada musim sepi karena liburan.” Sepengetahuan saya memang ada beberapa kampus yang menjadi sepi pada saat liburan karena ditinggal banyak mahasiswa pulang kampung atau berlibur. Namun ada pengecualian: kampus yang memiliki banyak mahasiswa dari kota yang jauh relatif tidak menjadi sepi terlalu drastis pada masa liburan — faktor ongkos pulang kampung.

Alternatif pengunjung lain adalah kelompok pekerja. Sudah mulai ada orang-orang yang mendatangi Warnet untuk bekerja secara remote. Saya baru mencoba cara seperti ini untuk pekerjaan pribadi, mengurus situs Web. Salah satu tulisan di situs ini saya ketik di sebuah Warnet di Jember (menggunakan Notepad di Windows XP, duh!). Pun waktu harus mengunjungi Medan selama tiga hari, saya pilih Warnet yang dekat dengan hotel untuk tetap bersentuhan dengan “jejaring sosial” dunia maya yang merupakan bagian dari pekerjaan pribadi.
Jumlah komputer

Investasi komputer dalam jumlah banyak adalah faktor penting berikutnya. Selain tingkat utilisasi pemakaian koneksi Internet lebih tinggi, jumlah komputer yang memadai akan menghindarkan pengunjung dari menunggu terlalu lama atau meninggalkan Warnet. Saya pernah mengunjungi Warnet dengan tiga ruangan penuh pengunjung: satu untuk akses Internet, satu penuh dengan maniak pemain online game, dan satu lagi gabungan antara permainan online dan pengetikan skripsi. Pada saat saya pergi dari lokasi, pukul tiga lebih dini hari, ketiga ruangan tersebut masih terang-benderang dan pengunjung asyik melototi komputer sebagian dengan telinga tertutup headphone.

Konsekuensi jumlah komputer ini diikuti oleh investasi yang lebih besar untuk ongkos koneksi Internet. Salah satu Warnet besar di Bandung adalah pelanggan peringkat atas di PJI dan berbeda dengan Warnet kecil yang menjual ulang koneksi Internet ke “tetangga sekitarnya”, Warnet besar ini menyedot habis lebar pita koneksi.

Jumlah sekitar 20 buah komputer memadai untuk Warnet yang datang dengan modal memadai, sedangkan jika memang hoki, berawal dengan 40 buah komputer pun pengunjung antri!

Saya pilih dua poin di atas terlebih dulu agar artikel ini tidak terlalu panjang. Pertimbangan berikutnya akan saya tulis pada entri mendatang. Koreksi dan tambahan sila dikemukakan lewat komentar entri ini. Sumber lain yang sering membahas seputar bisnis Warnet secara praktis adalah mailing list Asosiasi Warnet.
Kategori
Anotasi

20 Komentar

ubay berpendapat pada tanggal 23 Maret 2006 8.41:

investasi software jg penting pak ..

tidak bisa dipungkiri pengunjung masih doyan Windows . Plus kita dapat fasilitas online gaming yang sebagian besar berbasis windows . Juga diperhatikan investasi software lain seperti antivirus , deepfreeze , billing . Kalau ditambah investasi ini .. akan melonjak modal awal kita :D

Amal berpendapat pada tanggal 23 Maret 2006 9.43:

Sabar… kan saya beri penekanan bahwa yang ditulis di atas baru dua yang pertama. Ada rencana untuk menulis artikel susulan.

mada berpendapat pada tanggal 24 Maret 2006 17.54:

user kayanya yang penting bisa browsing chat terus nyimpen hasil cariannya tul nggak ??? soalnya aku juga user seh :D

sion berpendapat pada tanggal 31 Maret 2006 14.20:

Gimana kalo kita pengen ngebangun warnet di lingkungan masyarakat yang masih awam internet?

obret berpendapat pada tanggal 3 April 2006 20.10:

untuk para pembaca yg akan buka warnet /gamenet kursi sangat penting, harus NYAMAN didudukinya dan KUAT, jika anda anda membutuhkannya kontak saya di 0816619575 dijamin puas ga akan kecewa baik harga maupun qualitas, salam

untuk pa #direktif mohon ma”af tulisannya udah di tumpangi iklan, sekali lagi maaf yah…..

salam

tukangkoding berpendapat pada tanggal 4 April 2006 22.01:

Lokasi mempengaruhi tipe usernya pak . Misalnya , warnet di Buah Batu yg notabene dekat kampus STTTelkom paling banyak digunakan untuk download2.Biasalah tugas . Paling ideal kalau lokasi itu mixed . Seperti di simpang Dukomsel , dekat ITB dan dekat lokasi gaul . Jadi kalau siang rame buat chatting .. kalau malam buat download :D

Jumlah komputer juga mempengaruhi kenyamanan browsing . Dulu saya betah di sebuah warnet karena cepat browsingna . Begitu komputernya ditambah..well you can kiss me goodbye :D . Terpaksa cari waktu sepi untuk browsing misalnya subuh2 :p

apray berpendapat pada tanggal 5 April 2006 10.55:

Kayanya klo mao buka warnet yang bisa rame trus sampe malem. kita bisa ngebanyakin game2 online nya aja soalnya dari survey dikatakan para maniak game bisa main ataupun online rata2 minimum 3 jam sehari, bahkan bisa main sampai 10 jam sehari. coba kita bayangkan, keuntungan kita jika membuka warnet game online. :p

mia berpendapat pada tanggal 5 April 2006 18.30:

Utk Sion (no. 4), yang paling penting dari membuat usaha adalah pasar. Kalau mau membuat warnet di lokasi yang orang-orangnya awam terhadap teknologi internet, ya pasti susah. Walau punya niat luhur (membuat penetrasi ke masyarakat supaya melek internet), tapi mau ga mau musti siap gigit jari utk beberapa bulan pertama, kecuali jika Anda siap dengan promosi gede-gedean supaya gimana caranya orang2 tertarik utk masuk ke warnet Anda.

mail berpendapat pada tanggal 6 April 2006 11.52:

eh klo ada yg mau nanya seputar cara buat web /mau gw buatin web / situs hub gw aja di e-mail gw ” mail_bgt@yahoo.com “

anjas adzee berpendapat pada tanggal 6 April 2006 21.34:

Menurutku, dalam pendirian warnet atau ingin membuka usaha warnet, yg hrus diutamakan lingungan dimana usaha ini akan berjalan/berdiri, dengan kata lain dapat berjalan lancar dan tidak menimbulkan hal-hal yg dianggap negatif dalam pandangan masyarakat awam. seperti contohnya di kotaku, dmana masyarakat memandang internet itu sesuatu hal yang negatif, karena seringnya pemberitaan di media electronik tentang kejahatan2 yang ditimbulkan dari internet dan timbul pemikiran bahwa internet yang menjembatani hal-hal asusila/ pornografi.

redy berpendapat pada tanggal 6 April 2006 21.43:

Saya seia sependapat dengan komentar anjas adzee, dalam usaha warnet adalah yang harus diperhatikan faktor lingkungan, ada baiknya berdiri di lingkungan mahasiswa atau masyarakat berpendidikan yang butuh dengan akses internet dalam pekerjaannya.misalkan perkantoran/bank atau kata lain berdiri di tengah masyarakat maju.

Bambang berpendapat pada tanggal 17 April 2006 1.31:

mudah saja membikin warnet yang paling penting membentuk pasar,kunci dan inti warnet itu sukses adalah di properti.saya usulkan jangan buka warnet selagi properti itu menyewa sebisa mungkin beli,karna dimana warnet itu memakai tehnologi tren masa kini maka itulah yang ramai user.untuk memilih tempat bukan hanya lingkungan kampus yg ramai, tapi pilih tempat dimana disitu banyak warnet yang sudah berdiri jangan takut kalah atau sepi, justru ada warnet banyak disitu pasar sudah terbentuk. tinggal kita gimana cara dalam pelayanan untuk menarik user banyak.itu aja sekilas pengalaman saya masalah bisnis warnet.dan masih banyak trik dan tip jitu untuk menarik pasar.

Malang city.

panji berpendapat pada tanggal 14 Mei 2006 10.17:

dengan konsep warnet yg saya buat sejak awal akhirnya terbentuk sendiri pasarnya .. jangan khawatir utk tidak membuat warnet yang standard… coba padukan dengan konsep keinginan sendiri .. pasti kalau tekun .. warnetnya akan baik penghasilannya ..

Rendy berpendapat pada tanggal 1 Juni 2006 2.10:

@obret: kursi direktur @ brp an? klo beli banyak dpt potongan brp %

Johnny Bax berpendapat pada tanggal 4 Juni 2006 20.04:

Siapa mau buka warnet, sekarang ada monitor plasma merk SAMSUNG lagi murah, ada yang butuh LAPTOP PIV, second hand australia dan USA, kondisi masih sangat baik dan mulus Merk Toshiba.

jubaedah berpendapat pada tanggal 12 Juni 2006 20.08:

geloooo ga ngerti tau!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! ga penting,ga berguna, BASIIIIIIIIIIIIIIII ABIEZZZZT,,,,,

tutup aJa Web nya….

Ali imron berpendapat pada tanggal 17 Juni 2006 13.40:

fren gw ada rencana buka warnet nieh ada yang punya perkiraan biaya ga? dengan spek komputernya juga kalo bisa, berapa ya biaya yang harus gw keluarin untuk warnet tanpa game online sorry biaya gw minimal kalo bisa minimal juga ya thansk atas masukanya … kirim ke email gw aja an_najm26@yahoo.com

mas'ud berpendapat pada tanggal 25 Juni 2006 11.53:

pentiiing banget warnet tu, malah saya pengen tau caranya buka warnet yg sudi beritahu caranya tlong email ke masudramatullah@yahoo.com

astiti berpendapat pada tanggal 27 Juni 2006 21.16:

bagi temen-temen yang tau dimana and gimana cara dapetin game untuk internet yang online tolong kasi tau ke nun_charon@yahoo.com soalnya sudah dicari kemana-mana tapi belum ketemu,and kalo mendownload banyakan yang isi virusnya,terutama ragnarok online,thaks be4

goesti berpendapat pada tanggal 18 Juli 2006 12.53:

kalo boleh saya minta dikirimkan data selengkap-lengkapnya untuk menjalankan bisnis warnet. Dari masalah sewa tempat sampe semua alat penunjang yg dibutuhkan. Tapi harga dipres seminimal mungkin ya. makasih

Minggu, 02 Desember 2007

the christmas

Advent - December 1st

Candle

Advent is not widely celebrated in England, its celebration actually originated in Germany, although in the church calendar Advent is the official start of the run up to Christmas.

Two traditions that have caught on in England are the Advent calendar and the Advent candle. The Advent Calendar originated in the 19th Century from the protestant area of Germany. Protestant Christian families made a chalk line for every day in December until Christmas Eve. Before long, commercial entrepreneurs started replacing the ephemeral chalk lines with printed calendars,. The first known Advent Calendar is for the advent of 1851. Nowadays it is usually a thin rectangular card with 24 or 25 doors. The doors are numbered 1-24/25. Door number 1 is opened on the 1st of December, door 2 on the 2nd etc. Behind each door there is a Christmas scene (but the most popular ones have a chocolate behind each door) .

An Advent candle often has 25 marks on it, a bit of the candle is burned down by one mark each day. In some homes, 24 candles are kept, one for each night from December 1 through Christmas eve. One candle is lit for a while on December 1, then a new candle is added each day for the 24 day period. However, it is now more common to have four candles for the four weeks before Christmas. One candle is lit the first week, two the second week and so on. The candles were often placed on a wreath upon the dining room table. Advent candles are lit in many homes, schools and churches, in England, with a final central candle lit on Christmas Day; these are often on a hanging decoration known as an "Advent Crown." They became exceedingly popular due to a children's TV programme called Blue Peter, who every year made an advent calendar from old coathangers and tinsel!

You can make an advent crown following the instructions on this Geocities web site.

Top


Christmas Eve - December 24th

Christmas Stocking

In England less emphasis is placed on Christmas Eve than in other countries, much more is made of Christmas Day and Boxing Day. Carol singing, midnight church services and going out to the pub are some of the activities that many families enjoy (sometimes all three!).

Night time on Christmas Eve though is a very exciting time for young children. It is the time when Santa or Father Christmas comes. They hang up their stockings and go to sleep. Santa and his elves make all the toys for Christmas in his home in Greenland. On Christmas Eve he piles all of the toys onto his sleigh and rides across the sky with his 12 Reindeer. The most famous one is Rudolf the reindeer at the front to lead the way with his red nose. In the morning when the children wake up they open their stocking presents. Traditionally on Christmas Eve mince pies and sherry are left out for Santa and nowadays carrots are left for his reindeer. Most children are in bed way before midnight waiting for Santa to visit.

Top


Christmas Day

Bell

The origins of the now traditional Christmas Celebration, distinct from earlier pagan winter holidays, date to sixth century England. By the middle ages, it was a well established important holiday, with traditional pageantry, customs, music and feasting all its own. Customs from pre Christian days were incorporated into the Celebrations, and many still remain.

However in 1647, the English parliament passed a law that made Christmas illegal, all festivities were banned by the Puritan leader Oliver Cromwell, who considered feasting and revelry on what was supposed to be a holy day to be immoral. The ban was lifted only when Cromwell lost power in 1660.

In Britain, the Holy Days and Fasting Days Act of 1551 (which has not yet been repealed) states that every citizen must attend a Christian church service on Christmas Day, and must not use any kind of vehicle to get to the service There are a large number of Britons who break this law every year. The law may have been intended to encourage humility by forcing even the wealthy to attend the church on foot, or perhaps it was simply to avoid the traffic and parking crush that universal attendance would otherwise have brought about.

Later, during Queen Victoria's reign, Christmas became a time for gift giving, and a special season for children.

Top


The Queen's Message

TVandRadio

One Christmas ritual not drawn from an ancient tradition is the British monarch's broadcast on Christmas day. The tradition began in 1932 when King George V read a special speech written by Rudyard Kipling. The broadcast was an enormous success . It began, "I speak now from my home and from my heart, to you all...".

Queen Elizabeth II continues the tradition to this day. Every year she broadcasts her message on Christmas Day, and it is heard by millions of people all over the world. In England most people watch or listen to it whilst digesting their Christmas Dinner!

Top


Boxing Day - December 26th

Wren

In England Boxing Day celebrated on December 26th, is traditionally a time to give gifts to tradesmen, servants, and friends.

It originated in medieval times, when every priest was supposed to empty the alms box of his church and distribute gifts to the poor. Wealthy people indulged in huge Christmas feasts, and when they were finished, packed up the remains of feasts in boxes and gave them out to their servants. It didn't become widely celebrated though until Victorian England.

In Ireland there is an Irish custom called "feeding the wren". The custom is based on a legend of St. Stephen. Once he was forced to hide in a bush, but a chattering wren gave him away. In the past Children caged the wren to help it do penance for this misdeed. Nowadays children carry a long pole with a holly bush at the top - which is supposed to hide a captured wren.

In the UK Boxing Day is still a public holiday, some shops and supermarkets open nowadays, but banks and most offices remain closed.

Top


The Twelve Days of Christmas - December 26th to January 6th

Partridge in a Pear Tree

The sixteenth century saw England first officially celebrate the Twelve Days of Christmas. Shakespeare's Twelfth Night premiered in the first year of the seventeenth century, in a performance at the court of Elizabeth the First.

Advent is usually solemn and religious in spirit, while Saint Steven's Day marks the beginning of the twelve days of Christmas, a light hearted time given over to merry making and fun. It is a holiday of heart-warming homecoming and family gatherings, with candles glowing in the windows as a sign of welcome.

During the ancient 12-day Christmas celebration, it was considered unlucky to let the log in the fireplace stop burning. This log was called the Yule log and would be used to light the fire in New Year, to ensure that good luck carried on from year to year. The Yule Log custom was handed down from the Druids, but with the advent of gas and electric fires it is rarely observed nowadays.

Another custom in medieval times, was to hide a dried bean in a cake, the cake was then eaten on Twelfth Night (January 6), during the most boisterous party of the year. The finder of the bean became "King of the Bean" and ruled the party for the night.

Another eating myth is that for every mince pie you eat over the 12 days of Christmas you will have a month of good luck the following year!

However, according to A Celebration and History(ISBN 0-679-74038-4), by Leigh Grant, the written lyrics to "The Twelve Days of Christmas" first appeared in Mirth without Mischief in the early 1780s in England. Grant states that the tune to which these words are sung apparently dates back much further and came from France. Mirth without Mischief describes "The Twelve Days of Christmas" as a type of memory game played by children at that time. A leader recited the first verse, the next child recited the second verse, and so on until someone missed a verse and had to pay some kind of penalty in the game. There was no religious significance. At anyrate the popular urban myth makes a good story... at least as good as the song itself, so here is a slice of urban myth culture for you: A very famous song about this time of year is "The Twelve Days of Christmas", which has a very interesting history. During the period 1558 to 1829 Catholics in England were prohibited from any practice of their faith by law - private or public. It was a crime to be a Catholic. Some people say that the song was written to help young Catholics learn the tenets of their faith during that period when to be caught with anything in 'writing' indicating adherence to the Catholic faith could not only get you imprisoned, but could also get you hanged, drawn and quartered! The song's gifts are allegedly hidden meanings to the teachings of the faith. "True Love" mentioned refers to God. "Me" refers to every baptized person, here are the other lyrics and their other hidden meanings. However, some people say this is an Urban Myth, but you can make your own mind up.

If you want to know today's cost of this generous gift giving check out PNC Bank's web site.

How would you feel to receive such lovely gifts? Read the replies that Sarah Truelove sent to her beloved on CVC's web site.

New Year's Eve - 31st December

See here for full details.

Top


Christmas Food

Christmas Dinner

Turkey

In the past some very strange things were eaten around Christmas. At lavish Christmas feasts in the Middle Ages, swans and peacocks were sometimes served "endored". The flesh was painted with saffron dissolved in melted butter and the birds were served wrapped in their own skin and feathers, which had been removed and set aside prior to roasting.

Around Victorian times another traditional Christmas feast was roasted goose or roasted turkey. In Victorian times, most Londoners would have been familiar with the "goose club", which was a method of saving to buy a goose for Christmas. Goose clubs were popular with working-class Londoners, who paid a few pence a week towards the purchase of a Christmas goose. The week before Christmas, London meat markets were crammed with geese and turkeys, many imported from Germany and France, although some were raised in Norfolk, and taken to market in London. The birds were walked from Norfolk to the markets in London, to protect their feet the turkeys were dressed in boots made of sacking or leather and geese had their feet protected with a covering of tar. The traditional Christmas goose was featured in Charles Dickens' 'A Christmas Carol'.

Nowadays people are more likely to eat turkey on Christmas day, this is normally served with potatoes, vegetables and stuffing with gravy and bread sauce. This is usually followed by Christmas pudding; a rich fruit pudding served with brandy sauce or brandy butter.

Top


Christmas Pudding

Christmas Pudding

The forerunner of the Christmas pudding (aka. plum/figgy pudding), a rich fruit pudding, was called Frumenty, it was served in Medieval times. Frumenty was a spiced porridge, enjoyed by both rich and poor. It has its origins in a Celtic legend of harvest god, Dagda, who stirred a porridge made up of all the good things of the earth.

The pudding became specifically associated with Christmas, rather than merely any festive occasion, when it was introduced to the Royal Christmas dinner table by Prince Albert.

Plum puddings are a very rich, dark pudding made with all sorts of dried fruits, nuts, spices, black treacle and lots sherry or brandy. They are made well before Christmas as it takes time for the alcohol to soak into the dried fruit, however nowadays most people buy them from a supermarket. They are steamed when first made, and re-steamed on Christmas Day before being served with a sweet white sauce or brandy butter. If the pudding is made at home, everyone in the household must take it in turns to stir the pudding and make a wish, the mixture should be stirred from east to west, in honour of the three wise men.

Some people like to hide a coin or trinket in the Christmas pudding. This may have originated in the ancient custom, in Rome and elsewhere, of concealing a particular object in food. During the Roman festival of Saturnalia, a dried bean would be hidden in the food. Whoever found it was then "master of the revels" - a king for the holidays. Even a slave could be the lucky one. In medieval times, a cake was eaten on Twelfth Night (January 6), during the most boisterous party of the year. The "King of the Bean" ruled the whole party. Nowadays people put in a silver coin and eat carefully. Whoever gets the piece of pudding with the coin in on Christmas day is especially lucky and their "pudding wish" (made when the pudding was stirred) will come true!

Top


Christmas Cake

Christmas Cake

Christmas cakes are also very rich and dark and contain just about every dried fruit you can think of, nuts (usually blanched almonds) glace cherries, candied peel and once again, sweetened with black treacle. They are covered with a layer of marzipan or almond paste and then thick white "Royal" icing made with icing sugar and egg whites.

It was introduced as a custom by the Victorians. Prior to that period, cake was eaten during Christmas, but without the toppings. The idea of using marzipan is thought to be linked to the Tudor Marchpane an iced and decorated cake of marzipan that acted as the table centrepiece during banquets and festive occasions. They should be made about six weeks before Christmas and are usually decorated with ribbons and images of Santa Claus or robins with holly.

Top


Mince Pies

Mince Pies

Mince pies were often known as Christmas pies, they were banned in the seventeenth century by that killjoy Cromwell but eventually came back into existence after the Restoration. They are made with mincemeat – which doesn’t contain meat at all. The sweet, rich and fruity pies that we are now accustomed to developed early in the twentieth century when the meat content was removed for good and now the "mincemeat" is a mixture of dried fruit (raisins, sultanas, candied peel, etc.,) apples, spices, sugar and suet, often moistened with brandy or sherry, and baked in small pastry cases.

If the mincemeat is home made everyone in the household should stir it as it is considered to be lucky. The cases should be oval in shape, to represent the manger, with a tiny pastry baby Jesus on top, but as very few people have tins that shape they are nearly always round now.

Top


Images of Christmas

Many Christmas traditions, including the Christmas card, originated in the UK. Yule logs, plum pudding, mince pies, fruitcakes, wassailing, the Christmas goose, mistletoe, holly and carol singing, are all firmly rooted in British soil.

Christmas Carols

Caroler

Christmas carols have their roots in medieval England, when minstrels traveled from castle to castle, today they would be called carollers. In addition poor people in England would go wassailing, they would bring their mugs to the door of rich houses hoping for a share of the wassail bowl. The drink in the bowl was called lambswool. It was a brew of hot ale with sugar, eggs, spices and roast apples floating in it.

The book "A Christmas Carol" was written by Charles Dickens. It is the tale of a miser called Ebeneezer Scrooge who is visited by four ghosts (Jacob Marley, The Ghost of Christmas Past, The Ghost of Christmas Present and the Ghost of Christmas Future). He was made to see the error of his ways and became a reformed character.

Today carollers generally collect money for charity. The 'Round Table' in England often sends a big sleigh with a Christmas tree and people singing and playing carols around the cities and towns of England. In Wales, each village may have several choirs which rehearse well in advance of the holidays and then go carolling collecting money for charity.

Top


Christmas Cards

Card

Christmas cards became popular in Victorian England, they were mostly home made and given to loved ones. The first ever Christmas card was the brainchild of Sir Henry Cole, a leading cultural light in Victorian England who was later to become director of the Victoria and Albert Museum. The first commercial Christmas card (pictured above) had a hostile reception from some people because it depicted a family, children as well as adults, drinking wine. The card was painted by John Calcott Horsley. It depicts a family feast, under which appear the words, "A Merry Christmas and a Happy New Year to You". Side panels illustrated acts of Christmas charity - feeding and clothing the poor etc..

However it was Louis Prang, a 19th-century German immigrant to the United States, who popularised the sending of printed Christmas cards. Prang was a Bavarian-born lithographer who settled in Boston, Massachusetts in the 1850s and established a successful printing business. He invented a way of reproducing color oil paintings, the "chromolithograph technique", and created a card with the message "Merry Christmas" as a way of showing it off. He went on to produce a series of popular Christmas cards. By 1881 he was printing more than five million cards annually.

The first charity Christmas card was produced by UNICEF in 1949. The picture chosen for the card was painted not by a professional artist but by a seven year old girl called Jitka Samkova of Rudolfo, a small town in what was then Czechoslovakia. The town received assistance from UNICEF after the Second World War, inspiring Jitka to paint some children dancing around a maypole. She said her picture represented "joy going round and round".

Nowadays most people buy their cards from Hallmark etc., they are sent before Christmas Day and people use them to decorate their houses. It can be an expensive affair though, some families send and receive well over 100 cards. But what could be nicer than a mantle piece decorated with beautiful cards bearing good wishes from friends and relatives.

Top


The Christmas Stocking and Santa Claus

Santas Sleigh

The Story of St Nicholas (the original Santa Claus)

The real St. Nicholas lived in Turkey, he was bishop of the Turkish town of Myra in the early 4th century. It was the Dutch who first made him into a Christmas gift-giver, and Dutch settlers brought him to America where his name eventually became the familiar Santa Claus.

However, he is a very popular saint in England where there are almost 400 churches of St. Nicholas, more even than churches of St. George, England's patron saint. Many different stories are told to British children about Saint Nicholas, here is just one:-

Long long ago, in the days when Saint Nicholas was alive, there lived a kindly nobleman. He had a beautiful wife and three pretty young daughters, and all the money his family would ever need. But one day, the mother of the family, who was a sweet gentle woman, became very ill. The nobleman was frantic! He summoned the town's only doctor, a very old, very wise woman, who knew all there was to know about herbs and magic.

The old woman tried all the cures she knew, but she could do nothing to save the poor woman. Finally he called for the priest to come, but by that time his poor wife had passed away. The nobleman was in despair! He missed his wife so much that he lost his head. He wasted all his money away on silly projects and useless inventions. He became so poor that he had to move his family out of their castle and into a little peasant's cottage. Meanwhile his daughters were growing up. Poverty was difficult for them, but they remained cheerful and strong. They soon learned to do their own cooking, cleaning and sewing, and they took care of each other.

All three girls were very pretty. In time each of them fell in love and wanted to get married. But they couldn't because their father was so poor. He had no dowry (a sum of money or some valuable property) to give to the prospective husband's family. He felt he had failed his own children, and he became even more sad and gloomy.

Now, Saint Nicholas happened to live in the same area. The kindly saint had dedicated his whole life to doing good deeds, and was always on the lookout for someone in need. One night the saint came riding through the town on his white horse looking for the house of the nobleman and his three daughters. He rode up to the cottage and peeked in through a chink in the wall. That same night, the daughters had washed out their clothes by hand, and hung them up in front of the fireplace to dry. There were the stockings, three pairs, hanging right on the chimney. Inspiration struck Saint Nicholas. From his pouch he took out three little bags filled with gold coins. One by one he threw the bags down the chimney, so they landed in the stockings of the three daughters. The nobleman, worried about his daughters' futures, had terrible trouble falling asleep a night and was still awake. He heard the clip clop of the white horse as the saint was leaving, and peeked out of the door. He called out to Nicholas, but he had already disappeared into the dark night.

When the daughters woke in the morning, they found their stockings filled with plenty of money for their dowries. When they went to tell their father, they found him sleeping peacefully with a smile on his face. Saint Nicholas had taken care of all his worries. And so, through the goodness of Saint Nicholas the three daughters were able to marry the men they loved, and the nobleman lived on to be a happy grandfather.

St. Nicholas is a very hard-working saint, being the patron saint of children, merchants, apothecaries, pawnbrokers, scholars and mariners. He is reputed to be able to calm storms and rescue sailors. Even pirates have been known to claim his protection. Over the years he has become known as Santa Claus and even his now traditional red costume can be traced to Coca Cola advertising in America!

The tradition of hanging up the stocking is still followed in the British Isles. It is left out on Christmas Eve, along with mince pies, sherry and carrots for Santa and his reindeer, and even today most children are in bed way before midnight waiting for Santa to visit.

The stocking is opened by excited children on Christmas morning. Nowadays the gifts Santa Claus brings can be quite elaborate, in Victorian times it was traditionally fruit, nuts, sweets and coins.

Top


Christmas Presents

Christmas Gift

Like many of our Christmas customs, gift giving has its historical origin in an ancient pre-Christian tradition. During the ancient Roman celebration of Saturnalia, the harvest festival, small candles and clay figures were given. At Calens, the Roman new-year, more elaborate gifts were exchanged. The Romans believed that sweet gifts would ensure a good year, so fruits, honey, and cakes were popular gifts. Evergreen branches, were given as symbols of continuous health and strength. Wealthy Romans gave each other gold coins for good luck. Everyone gave gifts, children gave to their teachers, slaves gave to their masters, and the people gave to their emperor. Even though the three kings and others gave presents to the baby Jesus, gift giving did not become an established part of the Christmas celebration until several centuries after the birth of Christ.

Because the early Christians did not want their religion to be associated with pagan festivals, they shunned gift giving as a pagan practice. It was in the middle ages that gift giving began to be part of the Christmas tradition. The kings of England, like the emperors of Rome, demanded gifts from their subjects. The common people also exchanged gifts, but only among the wealthy were elaborate gifts given. The poor exchanged trinkets and entertained each other with songs and parties and plays.

Top


Christmas CrackersChristmas Crackers

Christmas Crackers have been a part of the traditional British Christmas since1847, when almost by accident, Tom Smith invented the cracker. They are used to decorate the table at dinner.

In it's simple form a cracker is a small cardboard tube covered in a brightly coloured twist of paper. When the cracker is 'pulled' by two people, each holding one end of the twisted paper, the friction creates a small explosive 'pop' produced by a narrow strip of chemically impregnated paper. Inside the cracker there is usually a tissue paper hat, a balloon, a very corny joke (for example: "What does Santa call his blind reindeer? No-eye-deer!") and a small gift (usually a little cheap plastic thing eg a plastic ring).

Top


Christmas Trees

Christmas Tree

Christmas trees are an integral part of the Christmas decorations in most British households. Although it was always traditional to bring evergreens into the house the Christmas tree is another tradition borrowed from Germany, where it is said that German Martin Luther was the first person to decorate a tree with candles and bring it indoors to show his children what stars looked like at night in the forest. It didn't become popular in Britain until the nineteenth century, when Queen Victoria’s husband Prince Albert introduced the custom from Germany.

Top


Mistletoe

Mistletoe

Mistletoe was considered sacred by the people of ancient Britain. The Druid priests used it in their sacrifices to the gods.It was believed to have magical properties. People who met under a tree bearing mistletoe were forbidden to fight, even if they were enemies, and anyone who entered a home decorated with mistletoe was entitled to shelter and protection. Mistletoe may even have been part of Druidic wedding ceremonies. The Celtic people believed it had miraculous healing powers. In fact the name for mistletoe in the Celtic languages is all heal. mistletoe could cure diseases, render poisons harmless, make humans and animals fertile, protect the house from ghosts and bring good luck.

In eighteenth century England mistletoe was credited, not with healing power, but with a different kind of magic. It was the magic element in the kissing ball, a special decoration used at Christmas parties. The kissing ball had a round frame that was trimmed with evergreens, ribbons and ornaments. Tiny nativity figures were placed inside it. For the finishing touch, a sprig of mistletoe was tied to the bottom of the ball. It was then hung from the ceiling, and party goers would play kissing games underneath it. A kiss under the mistletoe could mean deep romance or lasting friendship and good will.

The mistletoe's kissing tradition, according to one account, comes from the Norse myths. Friga, one of the gods, gave her son, Balda, a charm of mistletoe to protect him from the elements, but because mistletoe grows neither from the water or the earth, nor from fire nor air, it grows on trees, it held the power to harm Balda. One of the other god's arrows made of mistletoe struck Bolda down, and his mother cried tears of white berries. She brought her son back to life, and vowed to kiss anyone who rested beneath the plant. Thus the kissing tradition began.

There is a limit to how much you can kiss under one sprig of mistletoe though. For each kiss a berry must be removed and once all the berries are gone - no more kissing!

Top


The Holly and the Ivy

Christmas Wreath

Holly, with its dark green spiky leaves and red berries, was also believed to have magical powers and the ability to drive demons away. In Germany holly was considered to be a good luck charm against the hostile forces of nature.

In old England, unmarried women were supposed to tie a sprig of holly to their beds, to guard them against ghosts and devils. the In medieval times, when people were genuinely afraid of ghosts and demons, supernatural creatures were believed to be especially active at Christmas time.

For the Northern Europeans, Christmas came in the middle of winter, when the nights were very long, dark and cold. The voices of Ghosts and demons, witches, goblins and werewolves could be heard screaming out in the winter winds and storms. So the magical powers of mistletoe and holly were taken quite seriously. In Roman times ivy was the ancient symbol of Bakus, the god of wine and revelry. Due to its association with pagan festivals, for a long time, ivy was banned from the inside of Christian homes, and used only to decorate the outside. Not so any more. Its green has become part of the traditional Christmas.

Selasa, 27 November 2007

Bisnis Pulsa Elektronik


Topik ini memang pernah dibahas di buletin Dunia Wirausaha sebelumnya. Tetapi karena topik ini masih sering menjadi topik hangat di milis Dunia Wirausaha, pengurus merasa perlu untuk menampilkannya lagi di buletin edisi ini. Berikut adalah cuplikan dari beberapa email member mengenai bisnis pulsa elektronik via internet:

(catatan: pengurus merasa perlu melakukan pengeditan demi kenyamanan para pembaca buletin)

"Di Indonesia jumlah pengguna handphone sekitar 27 juta orang, 90 persennya pengguna prabayar, mereka ata-rata menghabiskan pulsa Rp.100,000,- per bulan. Penjualan pulsa online menggunakan sistim viral marketing. Peserta akan mendapat diskon 40 s/d 70 persen dari profit margin sehingga harga pulsa yang diperoleh sebagian besar lebih rendah daripada harga pulsa di agen (contoh untuk pulsa mentari 100K dengan diskon 40 persen profit margin harganya Rp.98.600,- diskon 50 persen Rp. 98.250,- diskon 60 persen Rp. 97.900,- dan diskon
70 persen harganya Rp.97.550,-).

LEBIH PRAKTIS: kapanpun kita, saudara, tetangga atau kawan kita ingin mengisi pulsa bisa kita lakukan sendiri, 24 jam sehari melalui handphone kita sendiri selama deposit kita mencukupi.

POTENSI MERAIH SUKSES LEBIH BESAR-LEBIH MUDAH MEMBANGUN JARINGAN: karena pulsa handphone telah menjadi kebutuhan bagi sangat banyak orang, harga yang diberikan juga lebih murah daripada harga di agen dan proses pengisian ulang pulsa yang lebih praktis maka jaringan viral marketing jauh lebih mudah kita bangun dan jaringan yang kita bangun tersebut setiap bulan dengan sendirinya lebih memilih mengisi ulang. Selain itu kita akan mendapat banyak keuntungan lain seperti bonus rekrutmen/jaringan yang besarnya Rp. 12.000,- untuk level I dan Rp. 4.000,- untuk level II s/d level V. Biaya pendaftaran hanya Rp. 120.000,-, biaya tersebut sudah termasuk deposit Rp. 60.000,- yang bisa kita gunakan untuk isi ulang pulsa."

"Anda tidak harus memiliki kios atau toko untuk mulai menjual pulsa. Cukup dengan handphone yang dimiliki saat ini, anda sudah dapat melakukan transaksi isi ulang pulsa elektronik hanya dengan kirim SMS kapanpun dan dimanapun anda berada..diseluruh Indonesia bahkan dunia. Asalkan handphone yang telah anda daftarkan memiliki sinyal untuk SMS maka transaksi dapat
dilakukan..bahkan 24jam nonstop.

Pulsa saat ini menjadi kebutuhan wajib bagi sebagian besar manusia. Kebutuhan akan pulsa itu menjadikan bisnis voucher tidak akan sepi dari pembeli. Meski profit per transaksi tidak terlalu besar, bisnis pulsa mampu menghasilkan profit yang tidak kecil. Ini disebabkan repeat order
yang tinggi dan jumlah pembeli yang terus bertambah."

"Bentuk usaha mudah ,simple dan mobile. Harusnya memang ada survei tempat/ toko/conter untuk berjualan. Tapi hal tersebut kini sudah tidak mutlak. Anda bisa berjualan pulsa hanya bermodalkan handphone+kartu mentari/Xl anda. Kartu anda lalu akan diaktifkan sbagai "multy trx"dan diisikan sejumlah saldo.dalam waktu kurang dari 1 jam anda sudah Bisa berjualan pulsa."

"Untuk berjualan pulsa melalui internet anda akan mendapatkan sebuah website gratis. Dengan website ini anda dapat menjual pulsa juga mencari reseller yang akan tergabung pada jaringan anda. Semua fasilitas ini diberikan secara gratis."

"Menurut saya usaha pulsa hanya punya 2 keunggulan, yaitu harga dan kecepatan. Dulu saya tidak terlalu mempedulikan kecepatan, tapi lama2 mengganggu juga. Ada cerita dari seorang temen yg usaha jualan pulsa. dia berlangganan di 2 master pulsa dan ada seorang pelanggan yg beli pulsa. Setelah lama pulsanya tidak masuk2, dan pelanggannya pasti protes. akhirnya dia pesan lagi ke master pulsa satunya dan bisa langsung masuk. Setelah masuk itu, yg dari master pulsa yg pertama juga masuk. praktis dia rugi karena dia hanya menerima sekali dan harus bayar ke master pulsa 2x. Jadi jangan lupa pertimbangkan masalah kecepatan ketika memilih bisnis pulsa"

"Jika modal Anda lebih dari 10 juta, itu berarti Anda hrs menjadi seorang dealer voucher. Jangan ritel voucher yang hanya melayani end customer. Seorang dealer mestinya membawahi (downline) beberapa ritel kecil di lingkungan Anda. Dan Anda akan memperoleh harga yang lebih murah, atau potongan harga daripada menjadi ritel. "

"Memang saya menjalankan usaha voucher elektrik dengan modal 500ribu. Diasumsikan kita sudah punya HP dan no simcard terdaftar di dealer pulsa. Saat ini banyak dealer pulsa yang menjual paket lengkap ( dengan 1 simcard sudah dapat bertransaksi dengan berbagai operator ). Deposit saldo pulsa ada yang bisa lebih kecil dari 500ribu. Paling tidak dengan modal hp bekas yang monokrom keluaran lama sudah lumayan handal untuk transaksi pulsa."

"Dengan adanya banyak bisnis pulsa via internet. Punya HP menjadi tidak mutlak. Karena transaksi bisa dilakukan melalui website"

"Di bisnis voucher elektrik ada banyak dealer pulsa dengan keunggulan masing-masing. Ada dealer yang unggul di operator x jenis pulsa y...ada yang unggul di operator a dan voucher jenis b...macem-macem. Sehingga jika mau cari harga yang murah disemua operator paling tidak minimal harus berlangganan 4 dealer."

"Wah kalau bisnis pulsa untungnya memang kecil...seperti jual beras...Memang dalam bisnis ini yang dibutuhkan perputaran omzet yang cepat. Enaknya pulsa tidak mengenal musim....dan...mudah dijalankan...bahkan tanpa toko fisik sekalipun."

"Untuk memulai bisnis pulsa HP fisik atau elektrik di Jakarta ini lebih gampang untuk datang langsung ke pusatnya salah satunya Roxy. Usaha pulsa ini marginnya tipis, supaya mendapatkan keuntungan besar ya transaksinya yang diperbanyak..."

"Memang untuk usaha voucer di suatu kota lebih enak mengambil dari distributor/agen kota setempat, yang namanya usaha tidak selalu lancar Jika agen kita ada dalam satu kota saat ada masalah komplain lebih irit karena kita bisa langsung telpon lokal, atau bisa datangi langsung."

warnet2

Bagaimana cara membuka warnet, mulai dari Instalasi sampai dengan Running, lalu perjinannya?

jawab:
  • Warnet memang masih sangat diperlukan di Indonesia, karena masih sangat-sangat banyak orang yang tidak punya komputer dan akses internet murah.
  • Biasanya warnet itu persiapannya 3 bulan. Saya pernah persiapkan warnet dalam 1 minggu, krn tempat dibuat sederhana (meja dan kursi biasa tanpa perubahan ruangan, biasa ruangan didesain lagi klo warnet2 lain untuk menarik pelanggan dgn keunikan desainnya) dan koneksi internet sudah dipesan dan sudah terkoneksi (tinggal pakai, klo tunggu aktivasi lagi bisa lama tergantung jasa provider yg kita pakai). Waktu itu komputer tinggal di pasang, dan di setting jaringannya agar semua dapat koneksi internetnya. Lalu sisanya ngajarin pemakaian billing.
  • Buat dulu rencana cashflow untuk 4-5 tahun, syukur kalau positif terus.
  • Buat rencana perhitungan akuntansinya juga, kalau rugi jangan diteruskan. Perhitungan depresiasi sangat penting supaya kita bisa mengupgrade dengan komputer yang sesuai jamannya alias komputer baru.
  • Untuk usaha warnet ada beberapa hal yg harus dipertimbangkan seperti tentukan isp mana yang akan dipakai (dalam hal ini pilih isp yg technikal support-nya yg siap membantu jika terdapat masalah pd koneksitas internet yg muncul di kemudian hari).
  • Tentukan media yg dipake utk koneksitasnya (wireless, adsl, dial up, modem cdma).
  • Instalasinya perlu SDM yang handal, warnet Admin tahu benar masalah tekhnik, kalau masih belum ramai bisa merangkap mejadi kasir yang jujur.
  • Yang penting mau warnet yg seperti apa? Sekedar untuk main game online? untuk main game yang full 3D? atau juga bisa untuk anak2 sekolah/kuliah mengerjakan tugas?
  • Kalau asosiasi, menurut saya sih klo di rumah dan kecil2an gak perlu bikin dulu, yang penting jalan dulu baru sambil buat klo dibutuhkan npwp dan siup. Kebanyakan warnet yg saya kenal juga tidak buat siup dan npwp, jadi jgn khawatir dulu soal itu.

tanya:
Berapa besar modal untuk sebuah warnet?

jawab:

  • Modal relatif, tergantung warnetnya mau bisa untuk apa saja? Dengan mempertimbangkan koneksi wireless (untuk game online) yang umumnya berkisar 3jtan/bln, maka untuk memaksimalkan dan menutupi pengeluaran wireless tersebut kita membutuhkan minimal 20 unit komputer -- kurang dari 20 unit maka sangat sedikit sekali return investmentnya.
  • Modal per pc nya itu akan ditentukan oleh apa saja keperluan warnet tersebut? Kalau standar, 5jt/unit sudah cukup. Kalau ingin yang lux dan lebih dari saingan yang lain, tergantung seberapa lux? Biasanya pengunjungnya juga dari kalangan tertentu saja.
  • Yang perlu diperhatikan juga, mau berapa komputer yang dipasang dalam satu warnet.
  • Perhatikan daya yang dimiliki tempat kita, krn kalau kurang/tidak mencukupi bakal ada masalah sering jatuh listriknya. Seandainya 1 komputer butuh 350watt maka daya yg dibutuhkan ya: jlh pc di kali 350 watt. 350 watt itu kalau komputernya standar. Kalau banyak isinya tentunya makan watt lebih.
  • Untuk wireless, ada invest juga untuk antena dan tower, tergantung lokasi.
  • Untuk 20 cpu, min. 5500 watt, sebulannya bisa 1.5 juta.
  • Soal Listrik, kalau 2.200 watt maka hitung keperluannya untuk komputer itu sisa dari setelah dikurangi dengan ac 1/2 pc 2 unit dan lampu, dsbnya. Sisanya (sisa watt nya stlh dikurangi keperluan lain) itu dibagi dengan 350 (sample untuk keperluan watt satu unit komputer, hitungan minimal dgn 300watt), maka nanti ketemu jumlah pc yg bisa ditampung dengan daya beban 2200 watt tersebut.
  • Untuk komputernya saja, kalau yang baru dan standar 5jtan, tapi kalau yang second P3 2jtan dan bisa kurang. tergantung pasaran komputer di surabaya.
  • Sistem franchise, tempat juga gak sembarangan, dan biasanya modal untuk merenovasi tempat supaya sesuai dengan style franchise tersebut lumayan besar. Biaya banyak habis oleh keperluan dekorasi.

tanya:
Bisa sharing tentang perijinan warnet?

jawab:

  • Kalau dulu saya tidak pakai ijin2, paling banter ijin ama rt/rw.
  • Izin? Dulu tidak ada izin khusus, cukup rt/rw setempat (tergantung lokasi).
  • Saat ini mungkin perlu izin, silahkan buka homepage Assosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (www.apjii.or.id), banyak info yang bisa didapatkan.
  • Ijin yg penting itu paling juga dari lisense software yang kita pakai (pake microsoft jelas harus bayar lisensi, klo pake linux gratissss) namun tidak semua orang terbiasa dengan linux.

tanya:
Seberapa penting lokasi/tempat menentukan keuntungan warnet?

jawab:

  • Sebaiknya digabung dengan bisnis lain seperti toko makanan, warung kopi, bakso dll yang sejenis, mengingat waktu pemakai warnet umumnya setelah jam kantor/sekolahan yang ramai. Sayang waktu yang kosong bila
  • tempat yang akan digunakan membutuhkan biaya sewa.
  • Sebaiknya jangan sekedar ikut-ikutan, kecuali yakin dapat melebihi warnet yang ada dan masih banyak calon pemakai (pantau dulu dilokasi sekitar tempat akan dibuka).
  • Lokasi harus pula terjangkau internet yang akan dipakai (cable, adsl, dan/atau wireless).
  • Lokasi paling penting kalau mau buka warnet. Tapi, kalau warnet kita punya kelebihan sendiri, maka walau jauh sekalipun pasti pelanggan tetap datang. cthnya warnet di apartemen laguna. Pelanggannya datang dari luar penghuni apartemen tersebut dan biasanya lokasi mereka tinggal cukup jauh dari pluit. Lelebihan warnet tersebut dalam persaingan harga dan fungsi nge-print yang jauh lebih murah dari franchise Multiplus.
  • Tempat kalau di perumahan juga tridak apa-apa. Kalau tempat tersebut bisa masuk Internet Cable lebih bagus lagi. Coba cari info apakah daerah tersebut masuk jangkauan TV Cable (biasanya kalau sudah masuk TV Cable, tinggal pasang Internet Cable), harus berlangganan tentunya.

tanya:
Untuk Warnet, sebaiknya pakai ADSL atau Wireless?

jawab:

  • Soal pilihan adsl atau wireless tergantung lokasi...soalnya tergantung target market disekitar warnet yg akan berdiri.
  • Rasanya yang paling ekonomis adalah pake media wireless (bila jarak tempat warnet masih dalam radius jangkauan wireless isp) karena dengan demikian hanya membayar koneksi internetnya saja tanpa bayar pulsa telpon, pilih layanan wireless yang unlimited.
  • Jangan memilih isp yg tidak memiliki layanan technikal support.
  • ADSL or WIFI? Bagaiamna kalau mulai dulu dengan dial-up? Tergantung kecepatan/bandwidth yang bisa dicapai, mengingat koneksi ISP di daerah anda.
  • Perlu juga cari info dari awal untuk ADSL or WIFI, kalau sudah terbukti akan lebih murah/efisien baru berlangganan ADSL/WIFI.
  • Sebaiknya pakai Linux, kecuali anda sudah siap beli
  • Kalau bukan untuk game online, pakai Internet dari TV cable juga cukup, klo alternatif lain ya pakai dial up/ADSL. untuk ADSL, ini juga harus di-cek lagi. apakah line telpon di rumah bisa mempergunakan fasilitas ADSL krn tidak semua line bisa memanfaatkan koneksi tersebut.

tanya:
Bagaimana dengan game center?

jawab:

  • Untuk 10 komputer saya anjurkan pakai saja adsl speedy, tapi pilih yang unlimited ya, 3,8juta perbulan + ppn 10%
  • Untuk lebih dari 10 unit, (15-20an) lebih baik wireless, tapi harus pilih yang bonafid.
  • Gunakan MS-WINDOWS yang asli (soalnya sudah banyak sweeping warnet di kota besar).

tanya:
Ada tips agar warnet bisa “laku”?

jawab:

  • Tiap keperluan juga sebaiknya dipertimbangkan. Ada satu warnet yang menyediakan semuanya, dalam arti pc yang di sewakan sudah tersedia: floppy disk, usb, cd rom/dvd rom yang fungsinya memudahkan penyewa untuk menggunakan komputer semaksimal mungkin dan senyaman mungkin.
  • Tapi, tidak semua warnet yang ada memperbolehkan hal ini (alat2 tambahan tadi) karena takut kena virus, bisa memperlambat kineja komputer dan merugikan yg punya warnet.
  • Kalau tau cara atau triknya, hal tersebut menjadi daya tarik tersendiri dan hasilnya warnet yang disebutkan diatas tadi (warnet starcyber: www.worldxian.com) tidak pernah sepi karena semua fungsi yang dibutuhkan tadi bisa dipakai sesuka penyewa komputer.
  • Ada juga yg manambahkan bisa nge-print dan bisa scan. Ini hasilnya juga lumayan karena banyak anak sekolah dan mahasiswa yg ngerjain tugas di warnet, Buat mereka lebih praktis dan betah main di warnet tersebut.
  • Selain warnet, kalau dana terbatas, bisa juga buka rental dengan komputer second. Ini modalnya tidak terlalu besar dan kalau ada di daerah sekolahan atau kampus bisa menghasilkan income yang cukup baik dengan modal sedikit.

tanya:
Bagaimana dengan pemeliharaan dan kelangsungan Warnet?

jawab:

  • Jangan lupa komputer harus dipelihara, diperbaiki dan diganti kalau perlu. Karena user juga males kalau pakai komputer tua. Beli yang branded biar tahan lama tapi ingat tidak bisa diupgrade seenaknya. Jangan lupa pake UPS ya.
  • Teknologi komputer maju terus tiap 3 bulan, usahakan bisa selalu up to date.
  • Antisipasi user yang nakal, gatel tangannya kalau tidak merusak komputer hardware atau softwarenya.
  • Cari admin yang sudah pintar dan bukan carder dan juga paham dengan hardware.
  • Cara operator yang jujur, karena tidak semua fasilitas bisa dicatat di billing. Billing juga bisa dikerjain lho! Operator juga harus ramah dan mau mengajari user2 pelanggan baru.
  • Kalau bisa jangan perang harga, jadi lengkapi fasilitas warnet dengan menyediakan printer digital, scanner, bluetooth, infra merah, dan kabel data supaya bisa juga cetak foto dari camera digital atau hp. Pakai juga webcam, head set dan cdrom, usb drive.
  • Hati2 dengan floppy karena paling gampang bawa virus.
  • Usahakan komputer yang multimedia dan bisa game online walaupun belum tentu user kita perlu game online karena yang terbanyak sih chatting.

warnet1

Mengembangkan Warnet

Seperti halnya bidang usaha lain, sebagai pengusaha warnet kita tentu ingin mengembangkan usaha warnet kita. Pertanyaannya tentu saja adalah: Ke arah mana saja kita bisa mengembangkan warnet ini? Sekali lagi saya ingin mengajak para pengusaha warnet untuk melihat peluang lain di warnet tanpa meninggalkan sama sekali dasar usaha anda: Warnet.

Salah satu hal yang sering saya dapati dari pengusaha warnet adalah minimnya kreatifitas dan terperangkap dalam pola pikir tertentu yang akhirnya membuat mereka tak bisa keluar dari sebuah lingkaran setan. Contoh yang paling nyata dari kurangnya kreatifitas adalah perang harga antar warnet yang akhirnya membuat bidang usaha warnet cenderung stagnan, setiap munculnya pemain baru selalu di sikapi dengan perang harga baik oleh pemain baru maupun pemain lama. Situasi seperti ini akhirnya membuat bidang usaha warnet menjadi sebuah usaha yang muram, tak pasti, mudah bergejolak dan rawan.

Meskipun demikian, akhir-akhir ini saya melihat beberapa rekan warnet sudah cukup percaya diri dengan tidak menjadikan harga sebagai faktor jualan utama sebaliknya menjadikan mutu pelayanan ( bandwidth maupun sdm ) yang baik sebagai faktor jualan utama mereka dan sebagian sudah menunjukkan bahwa mereka justru lebih bisa meraih keuntungan dengan persentasi yang (jauh lebih) baik dibanding mereka yang berkutat di perang harga.

Jika kondisi warnet anda sudah bagus maka langkah berikutnya adalah pengembangan. Jika yang anda lakukan adalah pengembangan sebatas upgrade PC ,menambah jumlah PC, Menaikkan kapasitas bandwidth atau menambah kenyamanan warnet anda tentu saja tidak sulit. Beberapa hal yang bisa kita lakukan dalam mengembangkan warnet kita adalah:

1. Menambah jumlah warnet/ jaringan warnet
Ini adalah pilihan yang paling logis, sebab jika manajemen warnet anda telah terbukti bagus maka bangunlah warnet baru lagi. Pengalaman anda mengelola warnet dengan baik dan memberikan keuntungan adalah modal utama.

2. Franchise-kan warnet anda
Warnet anda telah bertambah, namanya telah terkenal, manajemen bagus. Kenapa tidak memberikan kesempatan kepada pihak lain yang tertarik untuk membuat warnet bergabung dengan Jaringan Warnet anda? Anda mempunyai kesempatan untuk memberikan pihak lain untuk mendapatkan keuntungan dan anda tidak perlu mengeluarkan modal yang banyak untuk memperluas jaringan warnet anda.

3. Membangun RT/RW Net
warnet anda berada disekitar perumahan atau banyak yang tertarik untuk koneksi internet tapi inginnya akses dari rumah? Salurkan saja bandwidth warnet ke rumah-rumah sekitar warnet anda. Media kabel dan Nir-Kabel/Wifi bisa anda gunakan, tentu saja user harus diberi pengertian untuk tidak meng”abuse” koneksi yang ada atau anda pasang saja bandwidth management yang baik untuk mengatur pembagian jatah bandwidth dengan baik. Keuntungan dari RT/RW Net adalah: kita bisa memiliki “penghasilan yang terprediksi” sebab umumnya sistem pembayaran menggunakan sistem iuran bulanan dengan jumlah tetap.

4. Jadi ISP
Anda sudah memiliki jaringan warnet, sudah melakukan franchise, sudah punya RT/RW Net aduh tanggung nih, mendingan jadi ISP sekalian :) meskipun begitu, perlu anda ingat bahwa bidang usaha warnet dan ISP itu serupa tapi tak sama. Menjadi ISP dan memiliki warnet dapat membuat anda di curigai pelanggan anda (yang kebetulan warnet juga) melakukan “pilih kasih” apalagi jika pas warnet anda terkoneksi sedang warnet pelanggan terputus.

Masih banyak lagi yang bisa kita lakukan untuk mengembangkan warnet kita, sebagai contoh: beberapa warnet mengembangkan diri menjadi bisnis center dengan menyediakan layanan-layanan bisnis di warnetnya. Ada juga yang mengembangkan diri menjadi tempat pelatihan/kursus komputer. Sehingga dapat dikatakan bahwa batasannya hanyalah kreatifitas kita.

Tapi yang perlu diingat adalah: semua hal di atas dapat kita lakukan hanya dengan manajemen yang baik dan selalu tanggap dalam membaca perubahan-perubahan di bisnis warnet. Tahun 2001, warnet-warnet masih mempermasalahkan mahal dan lambatnya koneksi dial-up, di tahun berikutnya permasalahan bergeser ke belum adanya kepastian perijinan untuk penggunaan frekuensi 2,4GHz (sehingga rawan sweeping), tahun berikutnya permasalahan bergeser lagi menjadi apakah bertahan sebagai warnet atau berpindah menjadi game center. 2004 ke atas isu yang paling menonjol adalah isu HAKI dan Legalitas. Tidak heran jika warnet adalah bidang usaha yang paling dinamis dimana timbul tenggelamnya pemain baik baru maupun lama adalah hal yang biasa. Namun kita juga melihat ada warnet yang mampu mengatasi segala problematika tersebut dengan baik dan membuktikan bahwa mereka bisa di contoh dalam menjalankan usahanya.
JAKARTA - Perkembangan warnet yang begitu pesat ternyata menarik minat Dell untuk ekspansi ke segmen ini. Diharapkan penggunaan PC pada warnet dapat lebih memantapkan branding Dell.

"Dell memang tidak pernah berniat untuk masuk ke kelas konsumer karena kami sudah kuat di enterprise. Kami akan terus memfokuskan penjualan di kelas tersebut. Karena kami fokus maka kami pun mampu menjadi yang pertama di kelas tersebut," ujar Megawaty Khie, Country Manager Dell Indonesia, pada acara penandatangan kerja sama Dell - Awari, di Jakarta, Kamis (30/8/2007).

Kelas konsumer memang bisa dibilang segmen pasar yang sudah pasti dengan pangsa yang jelas. Kelas enterprise sudah pasti membutuhkan ratusan, bahkan ribuan unit komputer. Sama halnya dengan sebuah institusi, warnet misalnya. Asosiasi Warnet Indonesia (Awari) salah satunya, telah memiliki 180 anggota dengan jumlah warnet sekira 300 buah (padahal di Indonesia sendiri jumlah warnet sudah mencapai 10.000 buah). Dari angka 300 tersebut, kebutuhan akan unit PC dapat ditaksir sekira 3600 unit dengan asumsi satu warnet membutuhkan 12 unit PC.

Angka 12 unit merupakan jumlah yang cukup besar jika dibandingkan dengan kelas konsumer yang minimal hanya membutuhkan 1 unit PC. Segmen 'pasti' inilah yang akan menjadi target pasar Dell untuk melakukan ekspansi dengan jumlah kebutuhan unit PC mendekati kelas enterprise.

Irwin Day, Ketua Umum Awari, mengatakan bahwa kerja sama dengan Dell ini tidak mengikat, bahkan Dell tidak memberikan target apa-apa untuk dijalani oleh Awari. Hanya saja terdapat 2 buah paket kerja sama dengan biaya sekira USD5, 718 dan USD13, 514. Masing-masing paket menyediakan 10 dan 20 PC untuk satu warnet dengan tambahan 1 PC billing untuk satu paket.

Artinya jika satu warnet mengeluarkan kocek USD5, 718 (57 juta rupiah dengan asumsi USD1 sama dengan 10.000), untuk 10 PC maka satu PC dihargai Dell dengan harga 5,7 juta rupiah saja, sedangkan perangkat UPS dan port switch menjadi bagian dari bonus paket. Angka ini bisa terbilang cukup murah karena menurut Irwin, jika dibandingkan, untuk membuka warnet dibutuhkan alokasi dana sebesar 9 juta rupiah untuk pengadaan satu PC saja.
Hayo siapa yg mau buka warnet ????

ersiapan Pendirian Sebuah Warnet (1)

| | Komentar (20) | Lacakbalik (0)

Selain disampaikan lewat komentar di beberapa artikel di blog ini, beberapa pertanyaan tentang cara menyiapkan sebuah Warnet sampai di kotak surat elektronik saya. Perlu saya tegaskan di sini bahwa saya bukan pengusaha Warnet, belum pernah bekerja di/untuk Warnet, dan tulisan saya tentang Warnet lebih berdasarkan pada kabar yang saya terima dari media massa atau mailing list. Tambahan lainnya: jika sedang di luar kantor dan ada waktu luang, saya kerap menyempatkan mengunjungi Warnet terdekat. Ongkos yang saya keluarkan untuk akses Internet lewat Warnet terasa lebih bermanfaat dibanding dibelanjakan untuk “hiburan” lain. Alhasil, pada saat menjenguk ibu dan kerabat di sebuah kecamatan di Jember, Jawa Timur, saya perlukan mendatangi ibukota kabupaten untuk mencari Warnet karena belum ada investor yang mendirikan Warnet di kampung kami.

Apa saja yang perlu disiapkan untuk mendirikan sebuah Warnet? Untuk sampai benar-benar layak dan siap beroperasi, tentu perlu konsultasi serius dengan mereka yang berpengalaman (atau, barangkali sudah ada profesi “konsultan Warnet”?). Di tulisan ini hanya beberapa pertimbangan yang saya amati di lapangan dan dengar dari salah satu teman pengelola Warnet.

Pemilihan lokasi

Sebagian pihak menyebut bahwa berlokasi dekat dengan kegiatan mahasiswa menguntungkan bagi Warnet. Contoh: di Simpang Dago, Bandung, yang tidak jauh dari kampus ITB, ada sebuah Warnet besar yang juga punya cabang di Jatinangor, lingkungan kampus ramai di daerah Bandung Timur. Begitu pula di seputar Jalan Tamansari, Bandung, yang dekat dengan kampus Unisba dan Unpas. Demikian halnya Warnet yang konon terbesar di Kota Jember berada di daerah Tegalboto, kawasan kampus Universitas Negeri Jember.

Kendati demikian, pengakuan berbeda dari teman yang saya sebut sebagai pengelola Warnet di atas: lokasi Warnetnya justru bukan di lingkungan mahasiswa namun salah satu keuntungan menurutnya, “Tidak ada musim sepi karena liburan.” Sepengetahuan saya memang ada beberapa kampus yang menjadi sepi pada saat liburan karena ditinggal banyak mahasiswa pulang kampung atau berlibur. Namun ada pengecualian: kampus yang memiliki banyak mahasiswa dari kota yang jauh relatif tidak menjadi sepi terlalu drastis pada masa liburan — faktor ongkos pulang kampung.

Alternatif pengunjung lain adalah kelompok pekerja. Sudah mulai ada orang-orang yang mendatangi Warnet untuk bekerja secara remote. Saya baru mencoba cara seperti ini untuk pekerjaan pribadi, mengurus situs Web. Salah satu tulisan di situs ini saya ketik di sebuah Warnet di Jember (menggunakan Notepad di Windows XP, duh!). Pun waktu harus mengunjungi Medan selama tiga hari, saya pilih Warnet yang dekat dengan hotel untuk tetap bersentuhan dengan “jejaring sosial” dunia maya yang merupakan bagian dari pekerjaan pribadi.

Jumlah komputer

Investasi komputer dalam jumlah banyak adalah faktor penting berikutnya. Selain tingkat utilisasi pemakaian koneksi Internet lebih tinggi, jumlah komputer yang memadai akan menghindarkan pengunjung dari menunggu terlalu lama atau meninggalkan Warnet. Saya pernah mengunjungi Warnet dengan tiga ruangan penuh pengunjung: satu untuk akses Internet, satu penuh dengan maniak pemain online game, dan satu lagi gabungan antara permainan online dan pengetikan skripsi. Pada saat saya pergi dari lokasi, pukul tiga lebih dini hari, ketiga ruangan tersebut masih terang-benderang dan pengunjung asyik melototi komputer sebagian dengan telinga tertutup headphone.

Konsekuensi jumlah komputer ini diikuti oleh investasi yang lebih besar untuk ongkos koneksi Internet. Salah satu Warnet besar di Bandung adalah pelanggan peringkat atas di PJI dan berbeda dengan Warnet kecil yang menjual ulang koneksi Internet ke “tetangga sekitarnya”, Warnet besar ini menyedot habis lebar pita koneksi.

Jumlah sekitar 20 buah komputer memadai untuk Warnet yang datang dengan modal memadai, sedangkan jika memang hoki, berawal dengan 40 buah komputer pun pengunjung antri!

Saya pilih dua poin di atas terlebih dulu agar artikel ini tidak terlalu panjang. Pertimbangan berikutnya akan saya tulis pada entri mendatang. Koreksi dan tambahan sila dikemukakan lewat komentar entri ini. Sumber lain yang sering membahas seputar bisnis Warnet secara praktis adalah mailing list Asosiasi Warnet.

Jumlah pengguna Internet melalui warung internet (warnet) rata-rata sebanyak 840 ribu orang. Setiap orang mengakses internet rata-rata satu jam per hari, sehingga dengan tarif rata-rata sebesar Rp 4.000 per jam, total perputaran uang di warnet mencapai Rp 100,8 miliar per bulan. Dengan struktur biaya sekarang, margin keuntungan warnet rata-rata hanya 5% atau sekitar Rp 5 miliar per bulan.

Hal itu diungkapkan Ketua Umum Asosiasi Warung Internet Indonesia (Awari) Irwin Day dalam diskusi dua hari mengenai tata kelola Internet yang baik di Jakarta, Kamis (12/7).

Irwin menjelaskan, jumlah warnet di seluruh Indonesia saat ini mencapai 10 ribu. Itu belum termasuk warnet yang dikelola oleh institusi-institusi pendidikan, sekolah, dan Information and Communication Technology (ICT) Center.

Hingga semester I-2007, kata Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Sylvia Sumarlin, jumlah pengguna Internet di Indonesia 25 juta. Sedangkan pelanggan Internet hampir delapan juta. Menurut APJII, sekitar 42% pengguna mengakses Internet via warnet.

Sedangkan, berdasarkan data Telkom yang dikutip Irwin, pengguna Internet di Indonesia saat ini sekitar 25 juta dan 40% di antaranya mengakses dari warnet. Jadi, kata dia, pengguna Internet yang mengakses dari warnet antara 8,4 dan 10 juta.

Irwin mengatakan, jumlah anggota Awari saat ini lebih dari 90 dengan jumlah warnet anggota 150 lebih. Artinya, ada satu pengusaha yang memiliki lebih dari satu warnet. Bahkan ada yang sampai 24 warnet.

Setiap warnet rata-rata memiliki 12 komputer (PC). Tarif per jamnya rata-rata saat ini Rp 4.000. Tingkat okupansi harian rata-rata sekitar tujuh jam, dan satu PC melayani sekitar tujuh orang yang berbeda per hari. Artinya, setiap orang yang mengakses Internet melalui warnet rata-rata menghabiskan waktu satu jam per hati.

Dengan begitu, lanjut Irwin, total pengguna Internet di seluruh warnet Indonesia adalah 10 ribu warnet x 12 PC x 7 orang atau 840 ribu orang. Dengan tarif rata-rata Rp 4.000 per jam, dalam sebulan perputaran uang di seluruh warnet mencapai Rp 100,8 miliar.

Sedangkan dari sisi konsumsi bandwidth, ia menuturkan, tiap warnet rata-rata menggunakan bandwidth sebesar 128 kilobits per second (Kbps). Bahkan ada yang sampai 3-5 megabits per second (Mbps). Total konsumsi bandwidth oleh seluruh warnet di Indonesia adalah 1,28 gigabits per second (Gbps). Rata-rata biaya yang dikeluarkan warnet untuk sewa bandwidth itu Rp 3 juta per bulan.
Ironi Warnet

Ironisnya, kata dia, margin keuntungan warnet selama periode balik modal hanya 5%. Itu karena biaya untuk bandwidth mencapai 30%, listrik 10%, gaji karyawan 30%, dan return on investment (ROI) 25%.

Di lain pihak, sejumlah masalah mendera warnet. Karena margin rendah, para pengusaha warnet yang semuanya memulai dari nol dan modal sendiri, tutur Irwin, tak mampu membayar pajak. Mereka juga tidak mampu membayar biaya untuk legalitas usaha karena prosesnya yang sangat rumit.

Lalu, sedikitnya ada 20 jenis pungutan atau retribusi kepada warnet. “Belum biaya pungutan liar dari industri dan biaya kasus,” ujar dia. Belum lagi razia aparat terkait penegakan hak kekayaan atas intelektual (HAKI).

Ia mengingatkan, kepemilikan PC di Indonesia hanya sebanyak enam juta unit dan pertumbuhan pasarnya 100-300 ribu unit per tahun. Sedangkan sambungan telepon tetap baru 8,15 juta satuan sambungan telepon (SST) dan pertumbuhannya kurang dari 1% per tahun. Oleh karena itu, sebanyak 40-60% akses Internet bagi masyarakat Indonesia hanya mungkin dilayani oleh warnet.

Kalau target pada 2015 menurut World Summit on Information Society (WSIS) bahwa setengah penduduk dunia harus tersambung ke Internet, berarti 110 juta penduduk Indonesia harus tersambung ke Internet.

Warnet, kata dia, adalah jalan ideal untuk mencapai target itu. Alasannya, penggunaan bersama fasilitas, dapat dikelola sendiri oleh masyarakat setempat, sesuai dengan sifat masyarakat Indonesia, dan tidak memberatkan pemerintah dari sisi pembiayaan.

“Karena semua pemilik warnet itu adalah pengusaha dan dengan modal sendiri,” ujar Irwin.

Ia berharap pemerintah memberi ruang, dukungan dan perlindungan bagi para pengusaha warnet. Antara lain berupa pengakuan warnet ke dalam struktur industri telekomunikasi, penegakan hukum yang bijak, merata, dan konsisten, dukungan fasilitas pembiayaan, dukungan penuh penggunaan peranti lunak open source di lingkungan pendidikan dan pemerintahan untuk meringankan beban biaya peranti lunak bagi warnet dan masyarakat.

Alasannya, karena pengguna tahunya selama ini peranti lunak tertentu, ketika ke warnet pun jadinya menginginkan peranti lunak itu. Karena harga peranti lunak itu cukup mahal, warnet yang tak mau kehilangan pelanggan akhirnya memakai yang bajakan. (one)

Presentasi Awari di acara Round Table Discussion "Internet Governance di Indonesia & Pengembangan Warnet Sebagai ICT Centre.yang bertempat di Ruang Lavender - MGK Kemayoran, mendapat sambutan yang antusias dari para peserta acara tersebut. Hampir semua pertanyaan di acara diskusi tersebut mengarah ke pembicara yang mewakili Awari.

Hal ini tidak mengherankan karena isi presentasi yang sedikit kontroversial namun memberikan gambaran seperti apa yang di sebut sebagai "Warung Internet" di Indonesia.

Bagi mereka yang tertarik melihat presentasi tersebut yang bisa di download di sini. format file-nya adalah Open Document Presentation dan PDF

JAKARTA: Nilai bisnis warung Internet (warnet) di Indonesia mencapai Rp180 miliar per bulan, sementara margin keuntungan yang diperoleh industri tersebut hanya 5%.

Ketua Asosiasi Warnet Indonesia (Awari) Irwin Day menandaskan jumlah warnet total yang ada di Indonesia saat ini mencapai 10.000 unit-belum termasuk warnet Depdiknas, ICT center, dan warnet sekolah-dengan konsumsi bandwidth sebesar 1,28 Gbps.

"Banyaknya warnet tersebut didorong oleh pembebasan frekuensi 2,4 GHz, layanan Internet dial up dari PT Telkom Tbk, dan berkembangnya industri penyelenggara jasa Internet," ujarnya pada diskusi industri warnet antara Awari dengan Menkominfo, kemarin.

Menurut data Awari, saat ini terdapat 5.000 base station 2,4 GHz di seluruh Indonesia yang sebagian besar dimanfaatkan untuk warnet.

Dari 160 PJI yang ada saat ini kurang dari 10 perusahaan telah melayani warnet di 20 kota besar. Warnet juga banyak yang memanfaatkan jaringan TelkomNet Instant yang tersebar di 455 kota.

Menurut data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), jumlah pengguna Internet saat ini adalah sekitar 25 juta orang. Sekitar 40% datang dari pelanggan warnet atau sekitar 8,4 juta sampai 10 juta orang.

Setiap warnet rata-rata mengonsumsi bandwidth sekitar 128 kbps. Dari sekitar 25 juta pengguna Internet saat ini, sekitar 42% datang dari warnet atau sekitar 8,4 juta sampai 10 juta orang.

Ketua Dewan Presidium Awari Judith M. S. Lubis mengungkapkan konsumsi bandwidth merupakan pengeluaran tertinggi warnet sebesar 30%, diikuti listrik, gaji karyawan, dan return of investment yang masing-masing sebesar 10%.

"Keuntungan warnet ternyata hanya 5% dari total pendapatannya, sementara jumlah sebesar itu pun tidak dinikmati sepenuhnya oleh penyelenggara warnet," tuturnya.

Dukungan pemerintah

Awari menilai pemerintah belum memberikan insentif apa pun ke warnet. Masa suram warnet pernah terjadi pada periode 2002 sampai 2004 di mana saat itu pengguna Internet hanya sekitar delapan juta sampai 11 juta orang. Namun pada periode 2005-2007 jumlah pengguna Internet meningkat pesat yang diikuti juga dengan menjamurnya warnet di mana-mana.

Menkominfo Mohammad Nuh menandaskan pemerintah sangat memerhatikan warnet dan mendorong industri itu untuk migrasi ke peranti lunak sumber terbuka yang disediakan secara bebas oleh Ditjen Aplikasi Telematika Depkominfo.

"Bila perlu migrasi� itu diwujudkan dalam gerakan nasional karena saya tidak ada pilihan lain bagi warnet dalam menggunakan software lainnya." ( arif.pitoyo@bisnis.co.idThis e-mail address is being protected from spam bots, you need JavaScript enabled to view it )

Jakarta, Asosiasi Warung Internet Indonesia (Awari) mengadukan permasalahan yang menimpa warnet selama ini, khususnya terkait masalah sweeping kepada Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Mohammad Nuh.

"Sweeping sangat mengganggu kelangsungan bisnis warnet," kata Ketua Umum Awari Irwin Day, di hadapan Menkominfo beserta jajarannya di gedung Depkominfo Jakarta, Rabu (25/7/2007).

Menanggapi hal tersebut, Nuh lantas memberi dukungan dan akan meminta kepada pihak kepolisian untuk menunda sweeping sampai warnet selesai bermigrasi menggunakan software legal.

Lebih lanjut Nuh menyarankan, setiap warnet yang belum menggunakan software legal dihimbau untuk segera pakai software Open Source. "Kalau mereka tidak mau migrasi, kita siapkan software yang user friendly sehingga masyarakat tidak susah memakainya. Software ini nantinya akan seperti software propietary yang biasa dipakai. Kalau software itu sudah jadi baru dimigrasi," jelas Nuh.

Meski demikian, Nuh mengatakan, dirinya juga tidak bisa menahan keberadaan kebijakan sweeping. Sebab, kalau tidak ada sweeping inisiatif untuk pindah ke piranti lunak yang legal dianggapnya tidak akan berjalan. "Jadi tunggu sampai warnet selesai bermigrasi," imbuhnya.

Sehingga, Nuh berharap, setelah semua bermigrasi tidak ada lagi warnet yang di-sweeping. Alasan warnet tidak bisa menggunakan software legal karena faktor investasi yang berat juga tidak bisa diterima karena pemerintah memberi alternatif.

Warnet Sebagai Tulang Punggung

Sementara itu Irwin mengatakan, pemerintah seharusnya melindungi bisnis warnet karena telah menjadi tulang punggung penggunaan Internet di kalangan masyarakat.

Dalam presentasinya ia memaparkan, berdasarkan survei yang dirangkum Awari sekitar 20 juta pengguna Internet di Indonesia, hampir 40% diantaranya mengakses Internet dari warnet.

Saat ini Awari meperkirakan jumlah warnet yang tersebar di Indonesia telah mencapai lebih dari 10 ribu. "Bisnis warnet itu tidak bergantung pada pemerintah tetapi menjadi tulang punggung," tegas Irwin.

Ia melanjutkan, setiap warnet rata-rata memiliki SDM sebanyak 4 orang yang dibayar sesuai upah minimum regional (UMR). Dari segi kontribusinya, setiap warnet rata-rata mengonsumsi bandwidth 128 kilobits (Kb) per bulan, berarti total konsumsi bandwidth seluruh warnet setiap bulan mencapai 1,28 Gigabits.

Dengan rata-rata biaya warnet perbulan untuk bandwidth 128 Kb sebesar Rp 3 juta, sehingga total belanja bandwith dari 10 ribu warnet mencapai Rp 30 miliar per bulan.

Komposisi biaya yang dikeluarkan warnet yaitu bandwtih 30%, biaya listrik 10%, gaji 30 % dan ROI (return on investment) 25%. "Keuntungan bisnis warnet pada payback period sekitar 5%. Nah ternyata keuntungan kecil tersebut tidak dinikmati oleh seluruh warnet, karena dari 5% itu sebanyak 50% dialokasikan lagi untuk pembangunan ke depan," beber Irwin.

Dengan margin yang rendah, lanjut Irwin, menyebabkan warnet tidak mampu membayar kewajibannya pada negara seperti legalisasi usaha dan izin badan usaha karena rumitnya birokrasi.

Selain itu, berdasarkan hasil survei Awari di 5 kota besar di Indonesia, warnet termasuk objek dari 20 jenis pungutan seperti biaya izin dan penyelenggaraan, beban bisnis insentif dan itu belum termasuk pungutan kasus, imbuh Irwin.

"Sampai kapan warnet akan seperti ini? Menurut Awari pemerintah belum memberi insentif padahal warnet sangat dibutuhkan karena kepemilikan komputer di Indonesia saja baru 6 juta unit. Dengan penetrasi komputer per tahun 100 ribu -300 ribu unit yang masih termasuk kecil," tandasnya.(ash/wsh)